Selasa, 06 Mei 2008

FORBIDDEN FOOD (2)



:the esfand

Jangan dilawan, bumi memang berputar. Juga jangan dipaksa, matahari, untuk bersinar di tengah malam. Seolah gravitasi itu memang ditemukan.

Sepertinya restoran sangat riuh malam ini. Buktinya dari tadi para pelayan tak henti-henti mengangkuti berpiring-piring makanan dari dapur ini. Oh, mungkin ini pesta ulang tahun Kepala Koki. Berarti hari ini Ras akan mengeluarkan masakan baru ciptaannya.

“Ras!!”
“Berhenti berteriak. Masakan spesial untuk Kepala Koki sudah siap untuk dihidangkan.”
“Sory, Ras, Bos minta dihidangkan cepat.”

Wah, siapa itu yang berteriak? Oh, ternyata San, pelayan bagian depan. Kukira Kepala Koki. Mana mungkin dia mau turun ke dapur di malam pestanya ini. Kudengar tadi dari obrolan para pelayan bahwa semua koki nomer nomor satu di seluruh restoran di kota ini diundang datang menghadiri pesta malam ini. Luar biasa. Pasti masakan baru Ras juga sebanding dengan keluarbiasaan pesta kali ini.
***

Anakku Ras,
Ayah tau, semua ini pasti akan menghancurkanmu. Menghancurkan semua kecintaan dan kebanggaanmu pada Ayah. Tapi, Ayah sudah tak sanggup lagi, Ras. Semua sudah hancur! Hilang semua yang susah payah kubangun selama berpuluh tahun. Aku tak bisa menghadapi semua ini, Ras. Aku tak sanggup lagi menjelang pagi dengan kenyataan bahwa bukan aku lagi pemilik restoran kebanggaanku itu. Aku tahu itu semua karena kecerobohanku sendiri. Begitu saja memercayai Bar yang licik itu! Padahal aku sudah tahu bahwa ia memang menyimpan rencana busuk untuk merebut restoran ini dari tanganku.

Ras,
Jangan kau balas dia, Ras. Ini salah Ayah sepenuhnya. Meski memang dia yang membuat sup beracun itu, yang menghilangkan setengah kesadaranku hingga begitu saja mengikuti kemauannya untuk menandatangani surat penyerahan saham dan kepemilikan padanya. Aku bodoh, Ras, mau saja meminum sup itu meski sudah tercium sebelumnya bau jamur yang masih menguar itu. Aku terlalu menjaga wasiat kakekmu, untuk menjaga Bar seumur hidupku. Karena bagaimana pun juga ia adik tiriku, pamanmu juga. Tapi tak kusangka ia begitu dendam pada keluarga kita.

Ras,
Baik-baiklah menjaga diri. Tak ada yang Ayah minta selain permintaan maaf, dan semoga kamu masih mau menganggapku ayah. Hanya pakaian seragam kebanggan restoran kita ini yang bisa kuberikan. Pakaialah bila tiba saatnya.

Salam cinta,
Ayahmu


***

“Panggil Ras kesini! Aku ingin ia yang menyajikan masakan ini di hadapan para tamu!”
“Baik, Tuan.”

“Ras, Koki Kepala menyuruhmu ke depan. Ia ingin kamu sendiri yang menyajikan masakan buatanmu tadi untukya di depan para tamu! Cepat, Ras, dengarlah…dia sudah berteriak-teriak begitu! Dan, pakaian apa itu yang kamu pakai?! Mengapa setelah hitam begitu yang kamu pakai, mana baju seragam putihmu?!”
“Biar saja, ayo kita ke depan.”

Aku memang bukan manusia, yang berperasaan sensitif. Tapi, sungguh, aroma kehampaan mulai tercium tepat ketika tadi Ras menganti seragam putih-putih khas restoran ini dengan seragam setelah hitam dengan bordir kilat perak di dada. Sudah lama sekali seragam itu tidak kulihat.

“Heh, bocah! Kamu mau melawan ya?! Kemana seragam putihmu?! Mengapa seragam sialan itu yang kamu pakai?!”

“Sabar. Ini kan malam bahagiamu. Takkan berpengaruh sedikit pun pada omset dan kekayaanmu, apa pun pakaian yang kupakai. Jadi biarkan aku mulai menyajikan masakan ciptaanku ini, dengan seragam hitam yang kukenakan kini.”

“Huh, cepat sajikan! Kalau sampai tidak memuaskan, jangan harap bisa menginjakkan kaki lagi di restoran ini!”

“Sudah siap dinikmati kok, Tuan. Harap disantap secara berurutan: salad sayuran dengan hati sapi dan daging ikan lele rebus, disiram dengan saus pedas; bubur daging kuda special; dan moci bakar isi pasta perut kambing dan kacang merah. Silakan dinikmati, Tuan Bar. Dijamin, tak kan pernah Anda lupakan rasa dan sensasinya.”

“Hemm, sepertinya memang terlihat enak. Awas saja kalau tidak.. . Salad sayuran..agak aneh memang, salad dicampur dengan ikan lele dan hati sapi. Hemm…segar..kenyal..lumayan.. . Lalu, apa ini? Bubur daging kuda? Pasti panas.. . Wow, rasanya ringan, serasa hidangan pencuci mulut. Sepertinya ada rasa kaldu ayam juga dalam kuahnya, lezat! Wah, yang terakhir ini terlihat mewah, meski hanya moci bakar…wah, renyah sekali! Isi moci ini sangat lezat! Kacang merahnya bisa menyatu dengan rasa kambing yang sama sekali hilang bau khasnya yang kurang sedap itu. Luar biasa, e..nn..a..aa..rgh..argh.. .”
“Tuan?!”
“Bar?!!”
“Koki Kepala!!!!”
“Panggil ambulan! Telepon dokter, polisi!!!!”
***

Maaf, aku bercerita dalam kegelapan kini. Sudah sebulan restoran ini ditutup. Sejak Kepala Koki yang ternyata juga pemilik restoran ini meninggal, tak satu pun anggota keluarganya yang berminat meneruskan usaha restorannya. Pembicaraan yang kutangkap dari para pelayan, di hari terakhir restoran ini dibuka, Kepala Koki tewas karena makanan yang dimasak Ras. Tepatnya dibunuh dengan sengaja. Hem, ternyata benar aura hampa yang kutangkap malam itu. Kata para pelayan, pembunuhan itu adalah balas dendam Ras atas peristiwa bunuh diri ayahnya sepuluh tahun lalu. Yang konon karena dijebak oleh Koki Kepala. Kasihan Ras, anak itu baik sebenarnya.Semoga penjara mampu memurnikan lagi bakat istimewa yang dimilikinya sebagai seorang ahli masak.

Masakan yang dibuat Ras ternyata merupakan hidnagan dengan komposisi terlarang yang dikenal dalam tradisi masakan cina tempo dulu. Hati dan ikan lele, beras yang jelek dan daging kuda, serta perut kambing dengan akcang merah adalah perpaduan yang tidak serasi, atau tepatnya terlarang, untuk dikombinasikan. Bila kombinasi bahan makanan itu dimakan oleh manusia, lambat laun akan menghancurkan organ-organ tubuh manusia yang memakannya. Dan dalam kasus Tuan Bar, bisa mematikan dengan sekejab.

Tempat ini akan dihancurkan esok hari. Entah akan dijadikan apa nantinya. Hem, ini memang dunia. Tempat dimana sebentuk masakan pun bisa jadi senjata penghancur yang dahsyat. Tempat dimana apa pun, bisa menghancurkan. Untung saja, wastafel seperti aku ini tidak akan pernah menjadi bagian dari segala kekacauan hidup para manusia tersebut.

0 komentar: