Kamis, 08 Mei 2008

MEDLEY LANGGAM LAMA

Nazam Pengusir Tuan


alef ba ta
mari beranjak ke nagri Persia

pergipergipergi secepat arya berlari
janganjanganjangan lagi bertandang di kejauhan tinggi matari

akuakuaku lah penjaga dewi sulur
yangyangyang selalu menghilir ulu mengalur

awasawasawas saja jikalau tarung taruna itu menebar lagi mengular
takbisatakbisatakbisa pasti kau salahkan lidah yang menjerat mengakar

tak perlu sengaja berpapasan dan menyapasapaapa
pun sekedar berkeredong hitam menyusup menyelaselasela

kerana sang penjaga adalah sang mata yang tak perlu cincin kembar saktisayekti
kerana sang penjaga adalah laduni dewi yang sekejab tersilap hatiapidiri




Catt: Nazam adalah ragam sajak lama yang berasal dari negeri Persia, terdiri dari 12 larik, dengan rima dua-dua atau empat-empat


ODE UNTUK SANG BOHEMIAN
:Mengenang Penyair Ari Setya Ardhi


pagi itu amat jauh dari hari tatkala rumah bunga benar-benar tak lagi bisa kau diami
tempatku duduk bersandar terpaku pun amatlah jauh dari negeri dimana engkau mempertimbangkan kesunyian
bahkan tembang antar benua yang kau senandungkan lewat huluran kata-katamu pun tak pernah kudengarkan utuh,
walau selirih pun
pagi itu, lembar-lembar kisah dalam majalah sastra ibu kota yang berdendang padaku
tentang sang pelopor muda yang bijak merenungi senja
tentang sang maestro yang tiada mewariskan apa selain arif yang dilapis kata
warisan yang ternyata dengan magisnya menarik asaku turut serta bersama gumam-gumam yang terus mendengung dari manusia-manusia yang merasai arifmu



KEMBALI KE TANAH KELAHIRAN
:Mengenang Ramadhan K.H


Malam di Berlin tak kan lagi membiru
karena pelukisnya tak lagi mampu menggenggam kuas kehidupan
Keluarga Permana pun tak lagi berinduk semang
karena peniup nafasnya tak lagi bisa menghirup aroma tanah kelahiran
dalam keremangan pelita negeri sang pujangga mengundurkan diri
disapu bahtera langit yang telah lama menanti
Priangan Si Jelita barangkali tak sempat juga merasakan lambaian terakhirmu
dalam keremangan pelita negeri engkau kembali ke pangkuan asal
ke pelukan asal
tak ada lagi yang menguak dunia
tak ada lagi yang mendongengkan kemelut hidup
tak ada lagi yang mengibarkan royan revolusi,
dan mengunjungi ladang perminus
hanya tinggal tiup angin
yang kan menghembuskan syahdu
tentang dongeng romansa kisah sang pujangga


Yogyakarta, 7 November 2006



DAN KERETA ITU


sore itu semua nampak bersenyawa
entah ilalang entah padang
entah capung merah entah kambing jawa
dengan tenang sungai kecoklatan sebagai penjurunya

pematang itu tampak lain
tak ada bau-baunya damai
meski buliran padinya tetap emas
meski tongkol jagungnya tetap bonggol

dan kereta itu melintas
lengkap dengan percik-percik bunganya
yang serupa kembang api anak tetangga
mengalur saja tanpa nyawa
menyanyi saja tanpa nada

begitu menghilang di horison,
tak kembali lagi

meninggalkan sesayat pandangan
di pinggir pematang


Yogyakarta, 10 November 2006

0 komentar: