Ternyata, beda rasanya melakukan pemberian dengan aturan harus dilakukan setiap hari seperti sekarang ini, dibanding dengan pemberian yang spontan saja tanpa terpikirkan harus setiap hari atau tidak. Apa yah, rasanya seperti memasukkan sepiring salad dan sebutir vitamin dalam menu makanan kita setiap hari. Pemberian yang dilakukan setiap hari ternyata juga memberi jeda bagi otak dan hati untuk sejenak saja rehat dari memikirkan permasalahan dan ego diri.

Sebagian besar dari hari ini kuhabiskan dengan mengerjakan pekerjaan yang tertunda. Sore tadi baru akhirnya aku keluar rumah karena kebetulan setiap Rabu sore ada kelas kajian tasawuf di Paramadina Pondok Indah. Biasanya, di rute perjalanan yang akan kulalui sering kujumpai keluarga gerobak yang hidup di sebuah gerobak kumuh yang juga menjadi tempat mereka mengumpulkan aneka barang bekas untuk dijual. Di malam hari, mereka tidur di gerobak itu pula. Gerobak itu juga yang membawa mereka berkeliling Jakarta setiap harinya. Aku ingin membeli beberapa bahan makanan untuk kuberikan pada keluarga gerobak yang kujumpai nanti.

Selepas kajian, aku mampir ke sebuah toserba dan mulai memilih bahan makanan apa saja yang akan kuberikan. Berhubung, ikat pinggangku sedang dikencangkan hehe, jadi aku tak bisa membeli banyak. Hanya dua buah mie instan, sarden, abon, dan sekotak kopi instan yang kubeli. Kupacu motor maticku menyusuri rute Pondok Indah-Fatmawat-Pondok Labu-Cinere dan tak kutemukan satu pun keluarga gerobak. Sepertinya aku harus mengganti rencana. Mungkin pemberian ini tak harus kuberikan pada keluarga gerobak, tapi bisa saja untuk siapa saja yang sepertinya membutuhkan. Benar saja, di sebuah tikungan di daerah Cinere, kujumpai sebuah becak yang kecil di pinggir jalan. Kuhentikan segera motorku, dan kuhampiri becak itu. Ternyata, tukang becaknya adalah seorang kakek tua yang terlihat kurus dan letih. Plastik berisi bahan makanan tadi langsung kuhulurkan padanya, dan aku pun segera berlalu. Ada sedikit rasa penyesalan karena jumlah bahan makanan yang kuberi tak terlalu banyak. Namun aku pun membuang jauh pikiran itu. Pemberian yang sederhana bukan berarti kita orang yang pelit, melainkan menyisakan energi bahkan melakukan pemberian bagi diri kita sendiri agar selalu bisa memberi untuk sesama.

Aku bersyukur, tuhan memberiku kesempatan untuk bisa merasakan kebahagiaan pemberian beberapa hari berturut-turut. Dan, semoga begitu selanjutnya di setiap hari-hariku.

0 komentar: