`the esfand`
Jaman baru barangkali memang menghadirkan beragam pilihan prinsip hidup. Ideologi. Bukan lagi sekedar yang biasa kita jumpai di buku-buku sejarah atau pun siaran berita di televise. Serpihan ideologi-ideologi baru ini menyusup dengan licinnya ke setiap ruang hidup kita. Sampai-sampai tidak ada satupun sikap manusia yang tanpa ideologi.
Ini cuma salah satunya saja.
Kalau dilihat di KBBI edisi ke tiga, kata “melo” merupakan ucapan singkat dari melodrama atau melodramatis yang berarti bersifat menggetarkan perasaan hati yang sentimental. Lets say, melodisme. Sebagai salah satu ideologi jaman baru, melodisme cukup laris di pasaran. Beragam produk yang berakar melodisme dijamin laku keras, cetak ulang bahkan. Sebut saja industri sinema, musik, fashion, perbukuan, semua mengedepankan gurat-gurat melodisme dalam sentuhannya.
Melodramatikal ini akhirnya merasuk pula pada sikap-sikap para konsumennya di realita hidup yang sebenarnya. Maka, mulailah cinta berbalut melodisme semu menjadi seolah-olah penguasa jagad. Alih-alih cinta hakiki yang humanis, hanya sekedar cinta anti sexist berlapis egoisme. Melodramatikal ini pun menjadikan anak bangsanya semakin lemah jiwa.
Melodisme akhirnya mulai menjadi egosentris baru. Setiap individu hidup untuk dirinya sendiri. Selebrasi dikejar untuk kepuasan sendiri. Hidup seolah hanya butuh entertain-entertain yang tiada habisnya. Lingkungan sekitar dianggap hanya pelengkap kepuasan pribadi semata.
Ciganjur, 27#10#2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
sip sy setuju...saat ini cinta yang cengeng yang sedikit2 menangis dan mengembik-ngembik merupakan ideologi baru..kaum muda yang seharusnya terbakar oleh semangat custru terbakar oleh api cinta dan perselingkuhan..muak sy tentang semua itu..terlebih jika melihat siaran tv yang isinya sinetron melulu mengumbar budaya hedon dan kemapanan tanpa melihat realita..
Posting Komentar