Selasa, 11 September 2007

RUMAH SAMBAL (1)




~the esfand~


RUMAH SAMBAL: Sepedas Hidupmu
Begitu yang terbaca di papan nama rumah makan sederhana itu. Letaknya cukup strategis, di pinggir jalan yang menjadi jalur tembus alternatif jika ingin menghindari macetnya jalan raya utama ke arah kota D.

Bangunannya biasa saja. Separuh dari tembok bata, separuh lagi dari gedek bambu. Nuansanya hijau teduh. Tidak ada meja kursi bagi pembeli yang ingin bersantap. Hanya ada gelaran-gelaran alas dari ikatan bilah bambu yang dihamparkan berjarak. Aroma yang khas menguar menggoda dari dalam bilik dapurnya. Aroma pedas yang panas menusuk, namun sekaligus hangat bersahaja.

Bunda Vinka yang menunjukkan rumah makan ini sewaktu kami melintas di depannya tempo hari. Kata Bunda, rumah makan ini ajaib. Menu-menu yang ada selalu disesuaikan dengan suasana hati pemesannya. Sambal yang menjadi main course di rumah makan ini begitu kaya jenis dan rasa. Selaalu ada sambal yang baru di setiap harinya. Pemilik rumah makan ini yang menciptanya.

“Memangnya Bunda pernah makan disitu? Enak, Bunda?
“Enak? Tidak sekedar itu, Ga. Tepatnya menghidupkan.”
“Really? Sedahsyat itu, Bun?”
“Hem, coba sendiri saja, Ga. Nikmati pedasnya, seperti engkau menikmati pedasnya kehidupan.”

Komentar Bunda yang terkesan sarkas itulah yang menyebabkanku berdiri di halaman depan rumah makan itu. Lengang. Mungkin karena baru pukul sepuluh pagi. Lewat waktu makan pagi, belum masuk waktu makan siang. Adidas putihku melangkah perlahan di atas hamparan kerikil yang menjadi elemen dominan halaman rumah makan ini. Bunyi kerikil beradu dengan satu-satu ayun langkahku terasa ritmis, senada dengan orkes keroncongan yang tadi berdentang dari perutku. Tidak sempat sarapan tadi.

Krrrkk..kusingkap perlahan kerai bambu yang menjadi penutup bagian depan rumah makan ini. Sepi. Hmm, perlahan terhirup olehku bau wangi bercampur pedas bercampur sendu. Hangat. Dan, magis. Meski hampir setiap hari sambal buatan Ibu menjadi teman makanku, kali ini begitu beda tercium. Seperti racikan melodi lagu yang benar-benar tepat komposisinya.

Seorang lelaki muda tiba-tiba saja keluar dari bilik dalam. Pakaiannya rapi, meski hanya berupa setelan atas-bawah hitam bergaya shanghai. Masih cukup muda, kutaksir baru lepas sedikit dari miladnya yang ke 17. (bersambung)


0 komentar: