`the esfand`
Masih adakah yang rajin berkirim surat lewat pos? Bisa jadi masih, namun aku yakin lebih banyak yang menggelengkan kepala. Era internet dan telepon genggam memang telah lama menjadikan pengiriman pesan atau surat lewat pos tidak up to date lagi. Aku jadi ingat ketika baru saja pindah sekolah dari sebuah sekolah dasar di kota Denpasar ke sebuah sekolah dasar di pelosok desa di sebuah kota kecil di Jawa Timur. Di Denpasar, aku punya sahabat dekat cowok, namanya Yogi. Hampir setiap pulang sekolah aku bermain dengannya. Main apa saja. Kadang kami berdua membuat boneka wol di rumahnya. Lain waktu kami mengendap-endap mencuri buah coklat masak di kebun eksperimen sebuah balai perkebunan pemerintah yang ada di dekat sekolah kami. Sering pula kami nongkrong di Matahari dan Gramedia untuk membaca buku cerita gratis atau memancing boneka di mesin otomat yang ada disana. Atau sekedar duduk mengobrol berdua di gerai Mc Donald sambil menjilati es krim cone yang kala itu harganya masih 500 rupiah.
Selayaknya gadis kecil yang kehilangan teman bermain, aku sedih ketika harus berpisah dengan Yogi. Pindah ke desa kecil yang jauh dari hingar-bingar perkotaan, alih-alih Mall. Namun, kami berdua berjanji untuk saling berkirim surat. Maka, jadilah kami sahabat pena sejak itu. Hampir setiap bulan surat-suratnya datang menyapaku. Isinya? Jangan ditanya, cuman seputar obrolan khas anak kelas 6 SD yang penuh kisah dan keceriaan. Aku tak tahu pasti kapan akhirnya aktivitas korespondensi itu berhenti tanpa sebab, seingatku sih sekitar kelas 2 SMP. Mungkin Karena masing-masing kami telah beranjak menjadi ABG tanggung yang mulai menemukan keasyikan-keasyikan khas dunia remaja. Setelah itu praktis tak pernah lagi aku memiliki sahabat pena serupa Yogi.
Beberapa bulan yang lalu, tepatnya 23 Mei 2007, aku menemukan novel yang cukup unik di Gramedia. Judulnya “Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken” karangan Jostein Gaarder&Klauss Hagerup. Aku suka buku itu, selain karena berisi kisah dua bocah kecil yang bersahabat pena yang mencoba memecahkan sebuah kasus konspirasi dalam dunia perbukuan, buku itu banyak mengupas tentang berbagai teori penulisan, sastra, dan perbukuan yang menjadi dunia kerja dan hobiku.
Sampai akhirnya suatu hari, tercetus keinginan untuk melakukan hal yang sama yang dilakukan dua bocah kecil itu. Besahabat pena. Namun, aku memilih e-mail sebagai pengganti surat pos. Lebih cepat dan murah. Daftar contac id di Yahoo Messengerku segera kuteliti satu persatu, siapa kira-kira yang asyik dijadikan teman berkirim-kirim email ini. Akhirnya kupilih dia. Gadis. Usianya dua tahun dibawahku, masih kuliah. Chating-chating kami biasanya selalu dipenuhi keceriaan dan hal-hal lucu. Ketika akhirnya dia on line, langsung saja kuceritakan tentang buku itu dan keinginanku untuk menjadikannya kawan email. Dia menyatakan kesediaannya, karena menurutnya ini gal baru yang mengasyikkan. Maka, berawallah semua itu.
Banyak yang unik yang aku temukan pada diri adek kecil itu. Ia tinggal di kota Pontianak, Kalimantan Barat, sebuah pulau yang belum pernah kukunjungi hingga kini. berbagai lukisan kondisi sosial dan adat kutemukan dari cerita-cerita di emailnya. Pun geliat aktivitas keislaman yang menkadi aktivitasnya sehari-hari. Kerap kutemukan perbedaan pemikiran dan prinsip hidup yang mencolok diantara kami. Hal yang kemudian kuyakini sebagai praktik yang terbentuk dari habitus masing-masing yang pastilah diwaranai oleh berbagai faktor seperti keluarga, lingkungan sosial, adat, dsb. Namun, tak jarang pula kutemukan kenakalan dan keisengan yang sama diantara kami. Yang jelas, banyak warna dan hal baru yang kudapat dalam setiap emailnya.
Sebulan ini semua berubah. Menurutnya, yang akhirnya juga kuamini, ada nuansa yang berbeda di email-email terakhir kami. Nuansa kehambaran yang amat sangat, kehambaran karena manis sarinya telah berpindah kelain hati. Bagiku, inilah hidup. Perputaran rodanya kadang harus diterima tanpa syarat. Meski rasa-rasanya berat untuk tidak berendevouz lagi dengan keasyikan-keasyikan yang pernah singgah.
Bukankah hidup itu memang absurd konkret, kawan?
mutia esfand
23 Mei 2007
Ra yang baik,
Hehehe….ide yang aneh memang berbalas-balasan surat begini. Jadi berasa seperti jaman dahulu githu, ketika surat pos masih jadi primadona. Teknologi memang benar-benar menjadi mukjizat jaman modern ya? Di satu sisi kerjaan Pak Pos jadi lebih ringan, di sisi lain kesakralan surat sudah tidak lagi ada. Tidak ada lagi ibu yang rela menanti di depan rumah dengan penuh rindu menanti surat dari anaknya yang jauh merantau.
Tapi karena kesannya asyik aja…Ya seperti udah kujelasin pas chatting tadi siang. Gara-gara habis baca buku yang judulnya “Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken” karangan Jostein Gaarder&Klauss Hagerup. Ceritanya unik banget! Tentang konspirasi dalam dunia perbukuan yang berhasil dibongkar oleh dua orang saudara sepupu. Tar deh kalau dah selesai baca bukunya insyaallah kukirim ke Kalimantan .
Bagaimana rasanya tinggal di Jakarta ? Tidak ada yang special bagiku. Setiap kota pasti punya rasanya tersendiri. Bagiku kesannya masih datar saja, tidak semenarik kota-kota yang pernah kujadikan tempat tinggal sejak masih kecil. Tidak seeksotis Lombok , tidak sevariatif Denpasar, tidak seajaib Nganjuk, dan tidak seromantis Jogja. Yah, mungkin karena belum begitu lama tinggal disini. Sebenarnya Jakarta kota yang cukup menarik, cuman karena aura wibawanya tertutupi oleh kemacetan yang begitu menyebalkan, egosentris yang terkadang menyesakkan, dan polusi udara yang membuat wajahku jadi berbintang-bintang…hahahaha…..
Kita belum kenal lama ya?hehe…gak masalah. Dunia juga tidak lama, apa salahnya berkenalan belum lama tetapi sudah berasa lama? Kok jadi serius ya? Padahal yang namanya muthia esfand itu jarang banget bisa serius!
Nah, aku sudah mulai goyang nih….ngantuk! habis pulang shoping sama menik di Plasa Depok, beli sepatu. Dalam sebulan ini aku beli sepatu baru dua kali, kenapa coba? Ceritanya begini, sore-sore lagi jalan ke daerah Sawangan, Depok, sama menik. Aku duduk di belakang, diboncengin. Karena jauh aku duduk cowok. Ternyata pas nyampe tempat, sol sepatuku di bagian tumit meleleh kena knalpot! Hahaha…..padahal dah sengaja beli sepatu yg harganya 100 ribuan biar awet. Yah, terpaksa beli sepatu baru deh…….harganya 150 ribuan, biar lebih awet juga. Nah, dua hari yang lalu aku jalan lagi sama menik, diboncengin lagi, duduk cowok lagi. Kejadian lagi! Sol sepatu baru itu melelh lagi. Jadi mikir, apa harus pake sepatu kayu or sepatu kaca ya biar gak leleh…hehehe…yaudah tadi beli sepatu baru lagi, harganya 40 ribuan aja yg sekarang.
Sebegitu aja dulu, Ra (kuambil dari id-mu Bara, gak apa-apa kan ………). Sudah benar-benar goyang karena ngantuk. Semoga esok adalah kesempatan untuk sekali lagi mencoba menjadi lebih baik.
Au revoir!
NB: jangan lupa, balasnya langsung dilanjutin dibawah sini, jadinya bakalan kesambung terus.
NBB: ada puisi singkat karya penyair dari eropa utara, Tor Ǻge Bringsvǽrd
Siapa yang menjejakkan kedua kakinya
Di tanah, akan berdiri tegak
Salam Damai,
Lusy Riu/Muthia Esfand/Muthia Esfandiari
Bara menulis:
He3 juga deh, Mb Thia yang gedubrakan. emang kedengaran konyol kali ya, surat2an begini. Tapi seru juga, biar tau kayak apa sih,mb thia.
O ya mb, tau gak kenapa aku kasi nama bara shafiyyah, sebenarnya bara shafiyyah itu kan nama tokoh kartun di majalah Annida. Trus, aku fans juga sama ummu shafiyyah, salah satu istri baginda Rasulullah. Temen2 pada latah jadinya, pada manggil, Bara, Shafi, Fiya..he2..padahal dah kujelasin, just call me “bani”. Begitu , Mb Thia.
Seperti aku tulis di fs, aku sejujurnya bosen juga di pontianak . Dari lahir juga disini. Keluarga juga di pontianak rata2, kalaupun ada kerabat di jawa n pulau lain, itu mah dah jauh banget silsilah keluarganya, istilah kasar pontianak nya:”keluarga sepuluh kali terajang”.ha3, kasar banget kan , o ya, aku jg suka liat orang jawa, jogja, solo, n sunda kalo mereka ngomong tuh, lembut banget. Gak kayak orang Pontianak . Meski gitu, toh gak semua begitu kan . Seperti kata Jalaluddin Rakhmat yg menulis ttg intelektual kuldesak(kesalahan 2 berpikir)salah satunya, meng-generalkan kesalahan. Kalo di bilang orang madura itu galak2, tapi gak semua orang madura galak. Intinya sih, begitu lah karakter masing2 suku beda.
Selain itu, yg buat aku iri dgn daerah” jawa adalah, sentralisasi pendidikan di jawa. Nyadar kan , kalo daerah2 berpotensi SDA, dananya juga selalu ngalir ke kota melulu, itu juga yg buat daerah luar jawa tertinggal dari segi pembangunan dan pendidikan. Mungkin Kalimantan yg kaya dengan kelapa sawitnya, emasnya, buah jeruknya dan banyak lagi, cuma dapet 10% nya kali!Makanya,kalo ada orang lulusan jawa datang ke Pontianak , kesannya gimana gitu. Bisa dipastikan gampang cari kerja n prestasi nya bisa di acungin jempol dah. Apa sih yang di hasilkan oleh kota Jakarta , bandung , semarang , depok, tangerang, bekasi(jadebotabek dunks..he).
Dari bincang-bincang dengan anak kammi, emang di akui, kalo ngomongin masalah siyasi, kalbar jauh deh. Apalagi kalo baca milis kammi, jarang kan anak kalbar ikutan ngisi diskusi di milis. Merasa rendah diri?mungkin iya kali ya.
Ah, kok jadi ngomong ngelantur begitu ya..hihi3. asik juga, bicara dengan seorang penulis di dunia virtual begini. Minimal, aku jadi nambah kosakata bahasaku.
Ngomongin ttg sepatu, aku juga mengalami hal yg sama. 2 bulan yg lalu beli sepatu seharga 99rb perak!aslinya sih 198rb, krn diskon 50%, jd bisa beli dgn harga setengahnya. Sekarang mah, lagi kanker alias kantong kering. Maklum, kantong mahasiswa. Jadi nya sekarang pake sepatu kets terus. Sepatu lama tuh, tp dah 1 tahun masih tahan, belinya juga mahal dulu, 70 rb.he:D
Sekarang jadi jarang banget pake baju yg nge-akhwat gitu, lebih sering tampil tomboy, rok ala tentara, gak pernah pake bahan kain lagi, baju juga begitu, yang kaos, kemeja.
Dah ya, mb, bukan karena ngantuk sih, tapi asik baca milis2 kammi. Dulu2 mah, aku anti sm politik, senengnya baca dunia pendidikan. Jadi, kalo browsing ,bukanya ttg isu2 pendidikan terbaru gitu
Masih banyak cerita dari kota Borneo ! Salah satu kota di negri yang terkoyak. Indonesia !
Salam,
BaraShafiyyah
Manusiayangjatuhbangundalamberjuang
cieeeeee...jd serius juga jadinya Mb
---sory dek, inilah dunia....---
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar