Judul : Diglosia Amnesiatic
Penulis: Muthia Esfand
Genre : Kumpulan cerpen
Harga : Rp30.000
Pemesanan: bisa melalui web nulisbuku atau kirim email ke admin@nulisbuku.com atau ke email muthia_esfand@yahoo.co.id
Remah-remah Kata…
Betapa sebuah tulisan bisa mengubah persepsi dan bahkan hidup pembacanya, sudah seringkali terjadi. Meski saya tidak akan repot-repot mengatakan betapa buku ini adalah representasi dari keyakinan tersebut. Cukuplah dengan meniatkan agar pembaca yang hanya pernah mengenal warna merah-hijau-kuning dalam hidupnya bisa sesaat merasai warna abu-abu dan bahkan hitam kopi saat membaca kisah-kisah dalam buku ini. Begitu pula sebaliknya.
Barangkali penulis fiksi mana pun akan diberondong dengan pertanyaan klasik tentang apakah ide cerita yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi, ataukah berdasarkan potret sekitar, atau bahkan imajinasi semata. Jawabannya adalah entah. Terkadang kita tak lagi bisa merunut jejak yang tertapak dalam diri kita.
Mungkin saya termasuk pemuja buku, yang pada akhirnya membuat saya tak puas hanya menampilkan kronik imajinasi saya di laman-laman maya. Saya ingin semua mewujud dalam sosok, sesuatu yang bisa menjadi teman perjalanan dan penghibur sebelum tidur bagi para pembaca tulisan saya. Dan ketika jalan pintas tak tersedia di hadapan, jalur alternatif (baca: indie) pun tak kalah membanggakan untuk dicoba.
Diglosia amnesiatic pada awalnya adalah judul sebuah catatan kecil yang pernah saya publikasikan di blog. Hanya sekadar ingatan sepintas tentang betapa manusia urban adalah sosok subjek tutur yang mencampur-adukkan bahasa dalam kehidupan sosialnya sehari-hari, semata-mata sebagai prestis dan penanda kualifikasi diri. Ironisnya, padahal kadang tak satu pun diantara bahasa-bahasa itu yang benar-benar dikuasai dan dipahami. Itulah fenomena diglosia jaman baru. Diglosia amnesiatic? Secara pribadi saya memaksudkan frase itu sebagai sebuah “umpatan” pribadi (untuk para urbania, termasuk diri saya sendiri) yang kadang lupa-melupa-terlupa dengan akar kesejatian dan identitas diri. Apa-siapa-untuk apa, entahlah.
Kisah-kisah dalam buku ini saya tulis antara tahun 2005-1010, meski saya termasuk yang sering melupakan detail kecil seperti menulis tanggal dan tahun di akhir kisah. Beberapa pengunjung blog saya sering berkomentar ketika membaca kisah-kisah ini, mengapa saya amat jarang menulis kisah yang happy ending dan selalu memilih tokoh dengan pengalaman hidup yang tak biasa. Jawabannya sederhana saja: itulah hidup. Selesai. Ketika banyak penulis tampil dengan bunga-bunga romansa, biarlah saya menjadi sisi lain dari semua gemerlap itu. Setiap warna bisa digradasikan, setiap gelap bisa berujung cahaya.
Tentu saja, ada berbilang salut bagi para pembaca blog saya yang seringkali membuat saya tercengang dengan komentar-komentar dan motivasi yang diberikan. Ada pengalaman yang menarik, saat mempublikasikan cerpen tentang seorang ibu yang terobsesi mencari buku Anak-anak Mama Alin karya Bubin Lantang di blog saya, ternyata Bubin Lantang turut membacanya dan membuatnya yakin bahwa masih banyak pembaca yang mengingatnya bahkan menunggu-nunggu karya terbarunya. Ada sensasi tersendiri ketika karya yang saya tulis bisa berinteraksi dengan pembaca dan sosok yang menjadi tema cerita.
Selamat menikmati, selamat merajai.
"Kumpulan tulisan yang membuat saya bangga secara pribadi membacanya sedari dulu.
Sederhana, realistis dengan gaya bahasa ala ramuan "koki" profesional. Saya yakin tulisan-tulisan ini akan menemukan pembacanya. Dan, yang cukup signifikan ialah bukan pembaca sembarangan, melainkan pembaca yang mengerti nilai sebuah tulisan. Dan yang paling menariknya, penulis merupakan sosok muda belia dengan segudang kemampuan dan racikan hebat. Jika banyak pendapat mengatakan, penulis muda kurang memiliki ruh dalam setiap hasil karyanya tanpa kedalaman yang berarti, tetapi bagi penulis yang satu ini, hal itu tidak berlaku. Bila membaca karyanya, Anda akan dibawa terbang pada pada permainan ide cerita, dan seolah-olah nyata di depan mata." (Lusy Sitorus-Star Media Batam)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar