Foto: szeszak.tvn.hu



Serial tulisan ini semacam ingin membahas berbagai masalah mental disorder yang dialami oleh tokoh dalam cerpen-cerpen yang aku publikasikan di blog ini. Bukan, bukan beralih profesi menjadi psikolog amatiran. Sekedar ingin memaparkan dan menganalisis benang merah antar tokoh yang ada dalam cerpen-cerpen yang aku tulis medio tahun 2005-2008 ini. So, kalau belum sempat baca, baca dulu ya baru kembali lagi ke tulisan ini.

CEMARA DALAM LEMARI
Tokoh dalam cerita ini bernama Cemara. Gejala disorder mulai ia perlihatkan semenjak kematian ayahnya. Ketidakrelaan akan kematian ayahnya, ditambah lagi dengan segala perubahan drastis yang ia rasakan pada mamanya serta lingkungan rumahnya, menjadi penyebab utama munculnya mental disorder pada diri Cemara. Faktor pemicu munculnya disoreder ini adalah tindak kekerasan dan pengabaian yang dilakukan oleh mamanya.
Menurut pendapat Vander Zanden (1989), perilaku menyiksa dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penyerangan secara fisik atau melukai anak; dan perbuatan ini dilakukan justru oleh pengasuhnya (orang tua atau pengasuh non-keluarga).

Pada saat itu, daya tahan psikologis Cemara berada dalam titik rendah. Ia pun tak punya orang lain yang bisa dijadikan sebagai tempat mencari pengganti kasih sayang. Penyiksaaan dan pengabaian ini akhirnya menimbulkan beberapa masalah pada diri Cemara, antara lain sebagai berikut.

Masalah Relational
•Kesulitan menjalin dan membina hubungan atau pun persahabatan
•Merasa kesepian
•Lebih suka menyendiri dari pada bermain dengan kawan-kawannya
•Lebih suka menyendiri
•Merasa takut menjalin hubungan secara fisik dengan orang lain

Masalah Emosional
•Menyimpan perasaan dendam
•Depresi
•Merasa takut ketularan gangguan mental yang dialami orang tua
•Tidak mampu mengekspresikan kemarahan secara konstruktif atau positif
•Merasa bingung dengan identitasnya
•Tidak mampu menghadapi kehidupan dengan segala masalahnya

Masalah Kognisi
•Punya persepsi yang negatif terhadap kehidupan
•Timbul pikiran negatif tentang diri sendiri yang diikuti oleh tindakan yang cenderung merugikan diri sendiri
•Memberikan penilaian yang rendah terhadap kemampuan atau prestasi diri sendiri
•Memiliki citra diri yang negatif

Masalah Perilaku
•Muncul perilaku berbohong
•Menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak wajar, dibuat-buat untuk mencari perhatian

Masalah-masalah tersebut akhirnya berubah menjadi simtom-simtom (gejala, tanda) yang mengacu pada beberapa gangguan jiwa.

Skizofrenia. Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Gejala penderita skizofrenia antara lain:
* Delusi
* Halusinasi
* Cara bicara/berpikir yang tidak teratur
* Perilaku negatif, misalkan: kasar, kurang termotivasi, muram, perhatian menurun

Halusinasi muncul lewat suara-suara yang tiba-tiba terdengar, bahkan mengajaknya berbicara. Pada semua kasus skizofrenia, suara-suara tersebut selalu mengajak penderita pada tidakan negatif, bahkan bunuh diri. Pada diri Cemara, suara-suara itu menjelma menjadi teman dan malaikat yang menyelamatkannya, bahkan mengantarkannya ke dunia sang ayah.


Gangguan Bipolar
—Selalu berubah-ubah
Penderita gangguan ini tidak bisa mengendalikan suasana hati dan emosi. Suatu ketika ia bisa menangis meraung-raung, namun sesaat kemudian ia bisa berubah tertawa, lalu kembali bersedih. Apa penyebab gangguan bipolar? Salah satunya adalah faktor genetis—yang lebih kuat dari pada faktor depresi. "Menurut beberapa kajian ilmiah," kata Ikatan Dokter Amerika, "Anggota keluarga dekat—orang tua, kakak, adik, atau anak-anak—dari penderita depresi bipolar lebih cenderung mengalami penyakit ini 8 hingga 18 kali daripada anggota keluarga dekat dari orang yang sehat. Selain itu, memiliki seorang anggota keluarga dekat yang menderita depresi bipolar dapat membuat Anda lebih rentan terkena depresi mayor."

Bunuh Diri
"Setiap tindakan bunuh diri ada alasanya sendiri: sangat pribadi, tidak bisa diketahui, dan begitu meresahkan." (Kay Redfield Jamison, psikiater)
Ada beberapa hal yang menjadi pemicu seorang anak atau remaja untuk melakukan bunuh diri.

•Menyerah pada keputusasaan
Anak dan remaja adalah sosok yang secara umum belum memiliki kekuatan jiwa layaknya orang dewasa. Mereka mudah dihinggapi keputusasaan, hanya karena masalah yang kecil. Saat berada dalam kondisi menyerah, merasa sakit hati, dan tidak bisa berbuat apa-apa itulah mereka cenderung berpikir bahwa bunuh diri adalah satu-satunya jalan untuk membalas orang-orang yang telah menyakitinya itu. Hiroshi Inamura, seorang sepesialis dalam menangani orang-orang yang berkecendrungan bunuh diri di Jepang, menulis, "Melalui kematian mereka sendiri, anak-anak memuaskan desakan batinya untuk menghukum orang-orang yang talah menyiksa mereka.”

•Menjadi korban penindasan

Dalam sebuah survey yang dilakukan di Inggris menunjukan bahwa anak-anak yang menjadi korban penindasan yang parah oleh anak lain, kemungkinan untuk mencoba bunuh diri hampir tujuh kali lebih besar.

•Penyebab lain bisa jadi karena mereka terlibat masalah di sekolah, patah hati, stres karena ujian, atau kekhawatiran yang berlebihan pada masa depan. Bagi seorang anak berprestasi yang perfeksionis, suatu kegagalan atau sekedar kemunduran (nyata atau masih berupa bayangan) bisa menjadi faktor pendorong percobaan bunuh diri.


Referensi:
Buku
Judul: Mereka Bilang Aku Gila (Memoar Seorang Skizofrenik)
Pengarang: Ken Steele & Claire Berman
Penerbit: Qania, Bandung, 2004

Film
Judul: A Beautiful Mind
Pemeran: Russel Crowe, Ed Harris, Jennifer Connelly, Paul Bettany, dll.

Situs
http://www.sivalintar.com/
http://www.e-psikologi.com/

:

2 komentar:

Bambang Trismawan mengatakan...

maaf belum baca semua cerpen2nya tapi udah lancang kasih komen...

sebenarnya mungkin
ada satu kasus lagi yang belum disebut: DID (kalau tak salah singkatannya...Disorder identity apaa gituu) (ini kasus bagi penulis)

yaitu saat dimana penulis tidak bisa membedakan antara dirinya dengan tokoh "rekaan" saya dalam ceritanya.
nahhh.... adakah..kesamaannn??

cocoklah jd psikolog.

senyumlah pada dunia mengatakan...

hmmm.. g heran aja mb'..... gud luck dah,,, belum baca koment dulu lah(kebalik yah)..:)